Tidak banyak waktu yang tersedia untuk mendapatkan 'scene' itu, mungkin hanya dua atau tiga detik saja. Tidak ada waktu untuk men-setting kamera ... seperti ISO, aperture, shutter speed, zooming, bahkan membidikpun juga tidak memungkinkan, apalagi memilih 'sudut tembak' dan mengukur cahaya. Yang bisa dilakukan hanyalah mengarahkan kamera dan menekan shutter release ... that's all!
Mungkin aku akan kehilangan moment ini, jika aku gunakan 1 menit untuk men-setting properti gambar. Dan mungkin 'si target' akan beranjak dari posisinya jika tahu sedang dalam bidikan.
Disaat yang lain, ketika aku sedang berjalan di pedestrian menuju halaman parkir diagnostic center, aku melihat seorang bapak-ibu yang mungkin sudah seusia ibuku diseberang jalan. Bapak dan Ibu itu sedang menyeberang jalan menuju Poli Rawat Jalan. Kelihatannya si Ibu sedang membutuhkan pelayanan kesehatan. Dengan sangat susah payah mereka mencapai marka jalan, yang dari situ kemudian ditemani seorang pemuda yang kebetulan sedang menyeberang jalan juga.
Sekali lagi aku melihat 'scene' yang 'menyentuh', tapi waktu yang aku miliki tidak bisa lebih dari dua detik, sedetik untuk menjangkau posisi, dan sedetik lagi untuk 'menembak'. Kondisi cahaya, jarak objek, sudut pengambilan, bukan lagi soal penting. Bahkan membidik view finder juga akan buang-buang waktu. Instinc mengambil alih sepenuhnya terhadap 'aksi' ini.
Beruntungnya ... 'take moment' ini bisa kudapatkan, meskipun secara komposisi sedikit meleset ke kiri.
So ... buat kamu yang suka membuat rekaman 'scene' perilaku atau akitifitas-aktifitas orang-orang disekitar, berikut ini tips beberapa catatan yang aku buat supaya selalu siap 'tembak-cepat' ;
- Kamera, apapun kamera bisa digunakan. dari kamera hape sampe kamera DSLR, yang penting bisa merekan gambar. Kalau bisa, gunakan kamera DSLR. Kenapa ? karena kamera DSLR bisa siap sedia menembak dengan cepat begitu di-ON-kan. Tidak masalah jenis atau tipe kameranya, DSLR dari tipe entry level atau amatir pun sudah sangat layak untuk digunakan 'flash-shot'.
- Lensa, pada prinsipnya, 'flash-shot' adalah merekam 'scene' sebagaimana yang kita lihat dengan mata kepala. kemampuan kamera merekam gambar yang mendekati dengan kemampuan mata memandang adalah lensa 50-55 mm. Jadi, apapun kameranya, gunakan 50mm untuk mendapatkan 'frame' yang benar-benar mirip dengan pandangan mata.
- Mode setting, mode setting selector ada di posisi P, ini memungkinkan kamera bekerja dengan setting apperture dan shutter speed mengikuti yang sudah built-in dalam kamera, dan sudah di optimalkan pada keadaan-keadaan tertentu untuk menghasilkan gambar normal.
- ISO setting, menyesuaikan dengan kondisi. Sebaiknya, setting ISO dilakukan pada saat menyiapkan kamera (bukan pada saat akan menggunakan). Misalnya, jika kita berada diluar ruangan pada siang hari, set ISO pada 100, set ISO pada 200 jika langit berawan, set ISO pada 400 - 800 pada pagi atau sore, set iso pada 1600 - 3200 pada malam hari.
- Shutter speed & apperture setting, tidak perlu disetting jika menggunakan mode P, biasanya akan mengikuti program yang sudah 'built-in' dalam kamera.
- Flash setting, no flash ... tanpa lampu blitz. Keberadaan lampu blitz akan mengganggu natural nya 'scene' dan membuat 'si pelaku' salah tingkah. Selain itu, penggunaan blitz juga akan menimpulkan jeda yang lebih lama antar setiap jepretan karena blitz harus 'ready', dan ini akan membuat kita kehilangan moment.
- Image format, yang masih menyisakan keleluasaan kita untuk memperbaiki kualitas gambar adalah RAW format.
Untuk sementara, itulah catatan yang bisa aku share yang kayaknya itu adalah setting yang aku gunakan sambil bereksperimen mencari konfigurasi setting yang lebih baik. Walapun begitu, hal yang paling penting adalah kepekaan 'take' gambar melihat 'moment' atau 'scene', dimana hal itu membutuhkan ketelatenan dan kesabaran untuk berlatih.
- dz andrian -
No comments:
Post a Comment