the hands free

Tuesday, March 25, 2014

Memilih BAN Yang Tepat

Mau ganti ban ?
Mesti cermat lhoo  ... , berikut ini ada beberapa hal yang bisa menjadi bahan pertimbangan untuk memilih ban :

  • Jenis ban
  • Ukuran ban




Jenis ban
Pertanyaan pertama yang mungkin akan selalu ditanyakan ketika anda masuk ke toko ban adalah "Jenis ban apa yang anda cari?". Jawaban dari pertanyaan ini bergantung pada jenis kendaraan anda dan bagaimana kondisi berkendaranya.

Kalau anda mencari ban dengan kenyamanan dan pengendalian yang baik, jenis ban touring bisa membantu dengan sangat baik pada keadaan basah dan kering. Ban jenis ini menyajikan keseimbangan antara kehalusan dan ketenangan berkendara dengan handling yang tetap mantap.

Ban-ban untuk kendaraan jenis SUV juga punya karakter yang berbeda, ban jenis ini dirancang memiliki daya tahan dan kelenturan yang baik termasuk jika digunakan di jalanan off-road. Di sisi lain, ban-ban SUV juga untuk on-road dan sekaligus memenuhi kenyamanan kendaraannya dikendarai.

Pastikan ban yang anda pilih sesuai dengan keadaan berkendara yang dibutuhkan. Jangan hanya pertimbangkan pada satu kondisi saja, tapi pertimbangankan kemungkinan keadaan yang paling parah yang akan anda temui ketika berkendara. Kriteria performance yang bagaimana yang diinginkan ? Seperti misalnya, apakah tarikan di jalan basah lebih penting daripada kemampuannya menikung di jalan kering ? Semakin anda bisa merinci mengenai ban yang anda butuhkan, akan semakin mudah untuk menentukan ban yang tepat untuk anda.
 
Kebanyakan mobil-mobil penumpang menggunakan ban segala musim, ban jenis ini sangat cocok digunakan untuk berbagai kondisi jalanan. Ban jenis ini memiliki alur-alur yang cukup dalam untuk tarikan di jalan basah, tapi juga menggunakan campuran karet yang keras supaya lebih awet jika sering digunakan pada cuaca yang panas. 

Ukuran ban
Memahami ukuran roda yang anda sedang gunakan, bisa sangat membantu untuk mendapatkan ban yang tepat. Informasi ukuran ban yang tepat bisa anda temukan dalam buku manualnya, atau dengan membaca label yang biasanya ditempel di samping pengemudi, atau di dalam glovebox, atau anda bisa periksa bagian tepi sisi ban kendaraan anda, sebagaimana contoh berikut ini :

Chevy Spin standard tire

  • Tire width : lebar ban dari tepi ke tepi dalam satuan milimeter
  • Aspect ratio : perbandingan antara ketebalan ban terhadap lebar ban. Pada contoh ini, digambarkan ketebalan ban adalah 65% dari lebarnya
  • Radial : ditunjukkan dengan letter 'R', yang menunjukkan konstruksi lapisan karkas berbentuk 'radial'. Ini adalah bingkai lapisan yang berjejer dari bibir ke bibir ban, yang memmantu memberikan kekuatan, stabilitas, fleksibilitas dan kenyamanan berkendara.
  • Wheel diameter : angka yang menunjukkan bahwa ban ini pas untuk velg berukuran 16 inches
  • Load index : cakupan angka load index adalah 0 - 279 yang menunjukkan seberapa berat beban yang bisa ditanggung dalam keadaan tekanan maksimum. Jangan mengganti dengan ban yang angka load index-nya lebih kecil dari ban original.

  • Speed rating : adalah kecepatan tertinggi yang mampu ditangani oleh ban, dan berikut ini adalah tabel simbol dan batas kecepatan maksimal nya

So ... it's all yours now ... jadi mau diganti atau nggak ???

Tips : Getting online while driving :
(makasih buat yang meluangkan waktu utk baca)

Oms /Tans yang rajin memantau OBD atau maps atau internetan, memantaunya pake tablet 7 inch aja, lebih comfort and complete. Saya usulin pake sunvisor tablet holder yang saya produksi sendiri, dengan begini.. tablet atau monitor nya gak kepanasan dan gak kena getaran seperti kalau duduk di dashboard.
Untuk lebih detail, bisa email ke andrian1208@gmail.com,
atau pm aja via fb : dzulfikar.andrian




Sources :
Michelin.co.id, Uniroyaltires.com, Tirerack.com, GTradial.com

Monday, March 24, 2014

Menembak Cepat (flash-shot) dengan DSLR

Kemarin pas aku sedang berjalan melintas koridor-koridor unit Rawat Jalan R.S. dr. Soetomo. Tiba-tiba langkahku mesti kuhentikan sejenak, karena aku melihat sebuah 'scene' yang sangat jarang sekali nampak di jaman sekarang. Ada seorang remaja, mungkin anak kuliahan, yang sedang duduk menunggu sesuatu sambil membaca buku yang kira-kira setebal 3 cm di depan Poli Syaraf. Sebuah 'scene' yang sudah sangat jarang terjadi di tengah kemajuan teknologi yang membuat remaja lebih memilih gadget dibanding buku untuk mengisi waktunya.

Melihat 'scene' yang langka dan - menurutku- sangat natural seperti itu, secara instinc aku langsung arahkan lensa dan pret..pret..pret ... tiga jepretan aku 'tembakan'.
Tidak banyak waktu yang tersedia untuk mendapatkan 'scene' itu, mungkin hanya dua atau tiga detik saja. Tidak ada waktu untuk men-setting kamera ... seperti ISO, aperture, shutter speed, zooming, bahkan membidikpun juga tidak memungkinkan, apalagi memilih 'sudut tembak' dan mengukur cahaya. Yang bisa dilakukan hanyalah mengarahkan kamera dan menekan shutter release ... that's all!

Mungkin aku akan kehilangan moment ini, jika aku gunakan 1 menit untuk men-setting properti gambar. Dan mungkin 'si target' akan beranjak dari posisinya jika tahu sedang dalam bidikan.

Disaat yang lain, ketika aku sedang berjalan di pedestrian menuju halaman parkir diagnostic center, aku melihat seorang bapak-ibu yang mungkin sudah seusia ibuku diseberang jalan. Bapak dan Ibu itu sedang menyeberang jalan menuju Poli Rawat Jalan. Kelihatannya si Ibu sedang membutuhkan pelayanan kesehatan. Dengan sangat susah payah mereka mencapai marka jalan, yang dari situ kemudian ditemani seorang pemuda yang kebetulan sedang menyeberang jalan juga.


Sekali lagi aku melihat 'scene' yang 'menyentuh', tapi waktu yang aku miliki tidak bisa lebih dari dua detik, sedetik untuk menjangkau posisi, dan sedetik lagi untuk 'menembak'. Kondisi cahaya, jarak objek, sudut pengambilan, bukan lagi soal penting. Bahkan membidik view finder juga akan buang-buang waktu. Instinc mengambil alih sepenuhnya terhadap 'aksi' ini.
Beruntungnya ... 'take moment' ini bisa kudapatkan, meskipun secara komposisi sedikit meleset ke kiri.

So ... buat kamu yang suka membuat rekaman 'scene' perilaku atau akitifitas-aktifitas orang-orang disekitar, berikut ini tips beberapa catatan yang aku buat supaya selalu siap 'tembak-cepat' ;
  • Kamera, apapun kamera bisa digunakan. dari kamera hape sampe kamera DSLR, yang penting bisa merekan gambar. Kalau bisa, gunakan kamera DSLR. Kenapa ? karena kamera DSLR bisa siap sedia menembak dengan cepat begitu di-ON-kan. Tidak masalah jenis atau tipe kameranya, DSLR dari tipe entry level atau amatir pun sudah sangat layak untuk digunakan 'flash-shot'.
  • Lensa, pada prinsipnya, 'flash-shot' adalah merekam 'scene' sebagaimana yang kita lihat dengan mata kepala. kemampuan kamera merekam gambar yang mendekati dengan kemampuan mata memandang adalah lensa 50-55 mm. Jadi, apapun kameranya, gunakan 50mm untuk mendapatkan 'frame' yang benar-benar mirip dengan pandangan mata.
  • Mode setting, mode setting selector ada di posisi P, ini memungkinkan kamera bekerja dengan setting apperture dan shutter speed mengikuti yang sudah built-in dalam kamera, dan sudah di optimalkan pada keadaan-keadaan tertentu untuk menghasilkan gambar normal. 

  • ISO setting, menyesuaikan dengan kondisi. Sebaiknya, setting ISO dilakukan pada saat menyiapkan kamera (bukan pada saat akan menggunakan). Misalnya, jika kita berada diluar ruangan pada siang hari, set ISO pada 100, set ISO pada 200 jika langit berawan, set ISO pada 400 - 800 pada pagi atau sore, set iso pada 1600 - 3200 pada malam hari.
Mengapa tidak menggunakan mode Auto saja ? Mode Auto berarti sepenuhnya akan bergantung pada aturan yang sudah tersedia dalam kamera yang tidak mungkin kita kendalikan sama sekali. Untuk pengambilan 'flash-shot', shutter speed yang kita butuhkan hampir selalu diatas 1/60 second, sementara di mode Auto bisa jadi menggunakan shutter speed dibawah 1/60.  
  • Shutter speed & apperture setting, tidak perlu disetting jika menggunakan mode P, biasanya akan mengikuti program yang sudah 'built-in' dalam kamera.

  • Flash setting, no flash ... tanpa lampu blitz. Keberadaan lampu blitz akan mengganggu natural nya 'scene' dan membuat 'si pelaku' salah tingkah. Selain itu, penggunaan blitz juga akan menimpulkan jeda yang lebih lama antar setiap jepretan karena blitz harus 'ready', dan ini akan membuat kita kehilangan moment.

  • Image format, yang masih menyisakan keleluasaan kita untuk memperbaiki kualitas gambar adalah RAW format.

Untuk sementara, itulah catatan yang bisa aku share yang kayaknya itu adalah setting yang aku gunakan sambil bereksperimen mencari konfigurasi setting yang lebih baik. Walapun begitu, hal yang paling penting adalah kepekaan 'take' gambar melihat 'moment' atau 'scene', dimana hal itu membutuhkan ketelatenan dan kesabaran untuk berlatih.

- dz andrian -